Liputan: Dekri Adriadi
Di Desa Uluonembute, Kecamatan Onembute
terdapat sejumlah lokasi prostitusi dengan modus warung kopi dan penginapan.
Tarif untuk menikmati pelayanan khusus short time Rp 300 ribu, semalam bersama
pelayanan tergantung komunikasi. Sepia
adalah usaha penjualan bir plus
fasilitas bernyanyi di "Batas" pertama kali. Menyediakan pelayanan
khusus bersama pelayan wanita di dalam kamar.
Diantara kerlap-kerlip lampu dan musik
dangdut, sejumlah perempuan seksi duduk seraya memamerkan kemolekan tubuhnya.
Pemandangan seperti itu dapat kita jumpai di lokasi pelacuran "Batas"
(sebutan warga Kolaka Timur). Istilah "Batas" karena secara geografis
lokasi rumah-rumah bordil itu merupakan perbatasan antara Koltim-Konawe. Lokasi
prostitusi itu ada yang disebut Sepia I, Sepia II dan III, ada pula penginapan
55 dan warung kopi. Bahkan ada pula yang tanpa diberi brend atau nama. Letaknya
sebelum memasuki gerbang Koltim. Akses menuju "Batas" dapat ditempuh
dengan mengikuti jalan poros Konawe-Koltim. Bila dilihat sepintas, pada siang
hari rumah-rumah bordil itu hanya sebuah warung kopi dan penginapan. Bentuknya
cenderung sederhana. Banyak sopir-sopir truk yang singgah beristirahat di sana.
Menikmati secangkir kopi sebelum melanjutkan perjalanan. Sebelum rumah bordil
menjamur di sana, Sepia merupakan pelaku usaha penjualan bir dengan fasilitas
bernyanyi. Termasuk menyediakan pelayanan khusus bersama pelayan wanita.
Akan tetapi, pemandangan di
"Batas" berubah drastis pada malam hari. Sepanjang jalan Kecamatan
Onembute, rumah-rumah yang menyediakan pelayanan khusus dihiasi dengan lampu
kerlap-kerlip. Memiliki papan reklame bertuliskan "Bir Bintang". Dan,
ada pula bermodus penginapan. Sesekali pekerja seks komersial keluar di depan
rumah bordil guna memancing birahi warga yang melintas. Mereka menawarkan
kemolekan tubuhnya kepada pria dengan tarif yang berfariasi. Kecantikan mereka
seperti "pelet" pemikat lawan jenis.
Di Sepia I, tempat hiburan malam yang
juga menyediakan pelayanan khusus. Sabtu (26/3) siang itu seorang wanita seksi
keluar dari sebuah rumah berjalan menuju warung. Rambutnya di beri warna,
memakai hotpant plus baju kaos. "Cari apa mas. Mau minum atau bernyanyi
atau yang lain," tanya wanita tuna susila itu kepada pengunjung.
Kalau siang pelayan di sini pada pulang
beristirahat. Nanti menjelang malam baru kembali bekerja. "Pelayan sudah
pada pulang. Kita mau pesan apa. Mau minum bir atau bernyanyi," tandas
pemilik warung kopi yang menyebut dirinya pemilik Sepia I.
Wanita tersebut mengatakan usaha
miliknya hanya menjual bir dan fasilitas bernyanyi. Kalau hubungan tamu dengan
pelayan, kata dia bukan urusannya. Sebab izin yang diberikan dari pemerintah
hanya untuk usaha penjualan bir plus fasilitas bernyani. Tapi bila mau masuk ke
kamar, tergantung komunikasi dengan anak-anak (pelacur, red). Tarifnya
berfariasi.
"Biasanya pelanggan yang datang
membayar Rp 300 ribu untuk jasa short time. Ada pula yang bisa sampai semalam
tapi tarifnya tergantung komunikasi dengan ceweknya. Karena kami disini hanya
jual minuman," kata seorang wanita yang tidak mau menyebutkan namanya.
Usaha yang ia lakoni itu dirintis sejak
tahun 2001. Kala itu, hanya seorang diri yang mempunyai usaha rumah bernyanyi
plus minuman beralkohol. "Waktu dulu hanya saya. Nah, sekarang yang di
sebelah itu, baru saja mereka buka. Bahkan, diantara mereka ada yang bekas
pelayanku," ungkapnya didampingi seorang pelayan.
"Mau masuk kamar mas. Atau mau
nyanyi sambil minum Bir dulu," rayu pelayan Sepia kepada pengunjung.
Meskipun raut wajahnya tidak begitu menawan, namun tubuhnya yang seksi seolah
mengajak pria untuk bersama semalam dengannya. "Saya mandi dulu mas.
Soalnya saya gerah," ujar dia sembari melangkah.
Mereka cenderung memakai hotpant.
Lenggokan langkahnya ketika berjalan seolah mengajak lelaki untuk beradu
syahwat. Hampir semua pria yang memandanginya akan terperengah. Libido spontan
meningkat. Sulit untuk mengalihkan pandangan dari lekukan tubuhnya.
Lokasi prostitusi dengan modus penjual
bir plus fasilitas bernyanyi juga kita jumpai di Warung Kopi dan Penginapan 55.
Letaknya tidak begitu jauh dengan Sepia. Hanya dibatasi sekitar lima rumah
penduduk. Pemandangan di warung Kopi dan Penginapan 55 tampak begitu sunyi. Terlihat
seorang gadis cantik sedang duduk di kursi sambil sibuk mengutak-atik
handphone. Dia tak menyapa tamu yang datang, hanya duduk terdiam mentap layar
smart phone yang digenggamnya.
"Mbak, kami mau pesan bir. Mana pelayan di sini," tanya dua
orang tamu. Mendengar pertanyaan dua lelaki tersebut, wanita itu spontan
menjawab dirinya adalah pelayan.
Tak lama kemudian, pelayan tersebut
berdiri dari tempat duduknya guna mengambil pesanan tamu tersebut. Membawa dua
botol bir dengan sebuah gelas, sembari mengajak cerita pengunjung. "Mau
minum di mana mas. Di sini saja sambil bernyanyi atau ke dalam kamar,"
rayu pelayan tersebut dengan nada sendu sembari menyebut namanya Niki.
Kemolekan tubuhnya begitu memancing
pengunjung untuk menikmati pelayanan khusus ke dalam kamar. Setelah menegak
beberapa gelas bir, diselingi canda bersama pelayan lelaki itu tak kuasa
menahan nafsu. Ia pun sontak beranjak dari tempat duduknya, memegang dan
menarik lengan pelayan seksi tersebut hingga menggiring ke dalam kamar yang telah
dipersiapkan.
Seorang pelayan, berinsial AY bercerita
bila dirinya mulai bekerja di Penginapan 55 sejak dua bulan lalu. Awalnya, ia
diajak seorang teman yang lebih dulu melakoni pekerjaan tersebut. Ia ditawarkan
sebuah pekerjaan yang awalnya, ia tak menyangka bila harus menjual diri.
"Baru dua bulan saya kerja begini. Saya juga sempat bekerja seperti ini di
luar Sultra, tapi hanya sebulan," ujar wanita yang mengklaim usianya 22
tahun.
Lalu kemudian, kembali lagi bekerja di
tempat sebelumnya. Dalam sehari, ia melayani beberapa pelanggan. Jumlahnya
tidak menentu, tapi dia mengaku tidak melayani sembarang tamu. "Biasanya
kadang temani minum dan bernyanyi saja. Kalau di ajak ke kamar, biasanya saya
tidak mau juga. Kalau saya tidak mau, maka teman saya yang akan menggantikan
peranku," katanya.
Biasanya tarif masuk ke kamar untuk
sekali bercinta Rp 300 ribu. Makanya, sebagai pelayan ia harus terus berselera
melayani tamu selama 24 jam. Bahkan, dia menyebut selama 24 jam ia terus saja
bernafsu untuk bersentuhan dengan lawan jenis.
Sorang pelanggan berinisal, JM juga
bercerita tentang pengalamanya menikmati pelayanan di "Batas". Kata
dia, tahun 2015 lalu ia sering menyambangi lokasi tersebut. Menikmati sebotol
bir ditemani pelayan cantik. Bahkan tak jarang obrolan asik bersama pelayan
berakhir di dalam kamar khusus. "Saya pesan bir, tapi saya minum ditemani
pelayannya. Baru pelayan yang mau temani, kita bisa pilih senidiri. Mereka kan
banyak, jadi saya pilih yang sesuai dengan selera," ujar dia.
0 komentar:
Posting Komentar