Senin, 11 April 2016

Melihat rumah-rumah bordil "Batas" dengan modus penginapan dan warung kopi

Liputan: Dekri Adriadi
 
Di Desa Uluonembute, Kecamatan Onembute terdapat sejumlah lokasi prostitusi dengan modus warung kopi dan penginapan. Tarif untuk menikmati pelayanan khusus short time Rp 300 ribu, semalam bersama pelayanan tergantung komunikasi.  Sepia adalah  usaha penjualan bir plus fasilitas bernyanyi di "Batas" pertama kali. Menyediakan pelayanan khusus bersama pelayan wanita di dalam kamar.
 
Diantara kerlap-kerlip lampu dan musik dangdut, sejumlah perempuan seksi duduk seraya memamerkan kemolekan tubuhnya. Pemandangan seperti itu dapat kita jumpai di lokasi pelacuran "Batas" (sebutan warga Kolaka Timur). Istilah "Batas" karena secara geografis lokasi rumah-rumah bordil itu merupakan perbatasan antara Koltim-Konawe. Lokasi prostitusi itu ada yang disebut Sepia I, Sepia II dan III, ada pula penginapan 55 dan warung kopi. Bahkan ada pula yang tanpa diberi brend atau nama. Letaknya sebelum memasuki gerbang Koltim. Akses menuju "Batas" dapat ditempuh dengan mengikuti jalan poros Konawe-Koltim. Bila dilihat sepintas, pada siang hari rumah-rumah bordil itu hanya sebuah warung kopi dan penginapan. Bentuknya cenderung sederhana. Banyak sopir-sopir truk yang singgah beristirahat di sana. Menikmati secangkir kopi sebelum melanjutkan perjalanan. Sebelum rumah bordil menjamur di sana, Sepia merupakan pelaku usaha penjualan bir dengan fasilitas bernyanyi. Termasuk menyediakan pelayanan khusus bersama pelayan wanita.
 
Akan tetapi, pemandangan di "Batas" berubah drastis pada malam hari. Sepanjang jalan Kecamatan Onembute, rumah-rumah yang menyediakan pelayanan khusus dihiasi dengan lampu kerlap-kerlip. Memiliki papan reklame bertuliskan "Bir Bintang". Dan, ada pula bermodus penginapan. Sesekali pekerja seks komersial keluar di depan rumah bordil guna memancing birahi warga yang melintas. Mereka menawarkan kemolekan tubuhnya kepada pria dengan tarif yang berfariasi. Kecantikan mereka seperti "pelet" pemikat lawan jenis.
 
Di Sepia I, tempat hiburan malam yang juga menyediakan pelayanan khusus. Sabtu (26/3) siang itu seorang wanita seksi keluar dari sebuah rumah berjalan menuju warung. Rambutnya di beri warna, memakai hotpant plus baju kaos. "Cari apa mas. Mau minum atau bernyanyi atau yang lain," tanya wanita tuna susila itu kepada pengunjung.
 
Kalau siang pelayan di sini pada pulang beristirahat. Nanti menjelang malam baru kembali bekerja. "Pelayan sudah pada pulang. Kita mau pesan apa. Mau minum bir atau bernyanyi," tandas pemilik warung kopi yang menyebut dirinya pemilik Sepia I.
 
Wanita tersebut mengatakan usaha miliknya hanya menjual bir dan fasilitas bernyanyi. Kalau hubungan tamu dengan pelayan, kata dia bukan urusannya. Sebab izin yang diberikan dari pemerintah hanya untuk usaha penjualan bir plus fasilitas bernyani. Tapi bila mau masuk ke kamar, tergantung komunikasi dengan anak-anak (pelacur, red). Tarifnya berfariasi.
 
"Biasanya pelanggan yang datang membayar Rp 300 ribu untuk jasa short time. Ada pula yang bisa sampai semalam tapi tarifnya tergantung komunikasi dengan ceweknya. Karena kami disini hanya jual minuman," kata seorang wanita yang tidak mau menyebutkan namanya.
 
Usaha yang ia lakoni itu dirintis sejak tahun 2001. Kala itu, hanya seorang diri yang mempunyai usaha rumah bernyanyi plus minuman beralkohol. "Waktu dulu hanya saya. Nah, sekarang yang di sebelah itu, baru saja mereka buka. Bahkan, diantara mereka ada yang bekas pelayanku," ungkapnya didampingi seorang pelayan.
 
"Mau masuk kamar mas. Atau mau nyanyi sambil minum Bir dulu," rayu pelayan Sepia kepada pengunjung. Meskipun raut wajahnya tidak begitu menawan, namun tubuhnya yang seksi seolah mengajak pria untuk bersama semalam dengannya. "Saya mandi dulu mas. Soalnya saya gerah," ujar dia sembari melangkah.
 
Mereka cenderung memakai hotpant. Lenggokan langkahnya ketika berjalan seolah mengajak lelaki untuk beradu syahwat. Hampir semua pria yang memandanginya akan terperengah. Libido spontan meningkat. Sulit untuk mengalihkan pandangan dari lekukan tubuhnya.
 
Lokasi prostitusi dengan modus penjual bir plus fasilitas bernyanyi juga kita jumpai di Warung Kopi dan Penginapan 55. Letaknya tidak begitu jauh dengan Sepia. Hanya dibatasi sekitar lima rumah penduduk. Pemandangan di warung Kopi dan Penginapan 55 tampak begitu sunyi. Terlihat seorang gadis cantik sedang duduk di kursi sambil sibuk mengutak-atik handphone. Dia tak menyapa tamu yang datang, hanya duduk terdiam mentap layar smart phone yang digenggamnya.  "Mbak, kami mau pesan bir. Mana pelayan di sini," tanya dua orang tamu. Mendengar pertanyaan dua lelaki tersebut, wanita itu spontan menjawab dirinya adalah pelayan.
 
Tak lama kemudian, pelayan tersebut berdiri dari tempat duduknya guna mengambil pesanan tamu tersebut. Membawa dua botol bir dengan sebuah gelas, sembari mengajak cerita pengunjung. "Mau minum di mana mas. Di sini saja sambil bernyanyi atau ke dalam kamar," rayu pelayan tersebut dengan nada sendu sembari menyebut namanya Niki.
 
Kemolekan tubuhnya begitu memancing pengunjung untuk menikmati pelayanan khusus ke dalam kamar. Setelah menegak beberapa gelas bir, diselingi canda bersama pelayan lelaki itu tak kuasa menahan nafsu. Ia pun sontak beranjak dari tempat duduknya, memegang dan menarik lengan pelayan seksi tersebut hingga menggiring ke dalam kamar yang telah dipersiapkan.
 
Seorang pelayan, berinsial AY bercerita bila dirinya mulai bekerja di Penginapan 55 sejak dua bulan lalu. Awalnya, ia diajak seorang teman yang lebih dulu melakoni pekerjaan tersebut. Ia ditawarkan sebuah pekerjaan yang awalnya, ia tak menyangka bila harus menjual diri. "Baru dua bulan saya kerja begini. Saya juga sempat bekerja seperti ini di luar Sultra, tapi hanya sebulan," ujar wanita yang mengklaim usianya 22 tahun.
 
Lalu kemudian, kembali lagi bekerja di tempat sebelumnya. Dalam sehari, ia melayani beberapa pelanggan. Jumlahnya tidak menentu, tapi dia mengaku tidak melayani sembarang tamu. "Biasanya kadang temani minum dan bernyanyi saja. Kalau di ajak ke kamar, biasanya saya tidak mau juga. Kalau saya tidak mau, maka teman saya yang akan menggantikan peranku," katanya.
 
Biasanya tarif masuk ke kamar untuk sekali bercinta Rp 300 ribu. Makanya, sebagai pelayan ia harus terus berselera melayani tamu selama 24 jam. Bahkan, dia menyebut selama 24 jam ia terus saja bernafsu untuk bersentuhan dengan lawan jenis.
 
Sorang pelanggan berinisal, JM juga bercerita tentang pengalamanya menikmati pelayanan di "Batas". Kata dia, tahun 2015 lalu ia sering menyambangi lokasi tersebut. Menikmati sebotol bir ditemani pelayan cantik. Bahkan tak jarang obrolan asik bersama pelayan berakhir di dalam kamar khusus. "Saya pesan bir, tapi saya minum ditemani pelayannya. Baru pelayan yang mau temani, kita bisa pilih senidiri. Mereka kan banyak, jadi saya pilih yang sesuai dengan selera," ujar dia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Hasrul Design | Majalah Active | Hasrul - Premium Themes | Best Themes